Opini: MBG Bisa Jadi Bumerang Politik Bagi Prabowo
Opini: MBG Bisa Jadi Bumerang Politik Bagi Prabowo
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa akhirnya “turun gunung” menyoroti serapan anggaran program Makan Bergizi Gratis (MBG). Realisasi baru Rp13,2 triliun dari Rp71 triliun—hanya 18,6%—jelas menunjukkan ada persoalan serius dalam janji politik paling bergengsi Presiden Prabowo Subianto.
Di atas kertas, MBG adalah proyek populis yang sempurna: memberi makan gratis bagi jutaan anak, memperbaiki gizi, dan menyentuh langsung rakyat kecil. Namun realitas di lapangan berkata lain. Program ini tersandung di berbagai titik:
- Alokasi anggaran yang menyedot hampir sepertiga pos pendidikan 2026 (Rp223,6 triliun dari Rp757,8 triliun),
- Tata kelola birokratis dengan tumpang tindih antar-lembaga,
- Kasus mark-up harga oleh mitra pelaksana,
- Hingga insiden keracunan massal di sejumlah daerah.
Prabowo memang mengakui masih banyak masalah manajemen, mulai dari pembangunan dapur hingga rantai pasok logistik. Tetapi pengakuan semacam ini tidak serta-merta menyelamatkan citra politiknya. Justru publik bisa menilai MBG sebagai bukti nyata bahwa janji besar tidak selalu bisa diwujudkan dengan mudah.
Dengan anggaran raksasa Rp335 triliun pada RAPBN 2026, MBG bukan lagi sekadar program sosial, melainkan taruhan politik. Jika gagal, ia berpotensi menjadi batu sandungan yang terus menghantui kepemimpinan Prabowo.
Di sinilah peran Purbaya menjadi menarik. Dengan gaya vokal yang berbeda dari pendahulunya, ia mendorong transparansi dan monitoring ketat, bahkan meminta BGN menyajikan laporan bulanan. Langkah ini dapat meningkatkan kredibilitas, tetapi sekaligus berisiko membuka borok kelemahan yang selama ini ingin ditutup rapat.
Politik tidak memberi ruang bagi kegagalan program sebesar ini. Oposisi akan dengan mudah menjadikan MBG sebagai amunisi kritik. Lebih jauh, rakyat bisa kehilangan kepercayaan—bukan hanya pada program, tapi juga pada presiden yang menjanjikannya.
Prabowo harus bergerak cepat, bukan sekadar memberi janji perbaikan. Jika tidak, MBG akan berubah dari “merek dagang politik” menjadi bumerang yang meruntuhkan legitimasi di tahun-tahun awal pemerintahannya.