Pohon Pelangi Hadirkan Karya Seni Keindahan Alam Semesta, Sayang Nasibnya Terancam Punah di Dunia


Pohon pelangi merupakan maha karya seni yang tersaji dalam keindahan yang ada di alam semesta.


Akan tetapi menurut laporan World Conservation Monitoring Centre pada tahun 1992, disebutkan bahwa pohon pelangi berada dalam terancam punah.


Pohon ini memiliki nama ilmiah yaitu Eucalyptus deglupta artinya kayu putih yang mengelupas. Pohon ini lebih dikenal dengan nama pohon pelangi atau rainbow eucalyptus.


Sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari indonesia.go.id, tanggal 8 Oktober 2020, begitu unik, warna batang pohon pelangi, tidak seperti batang pohon lain yaitu cokelat atau cokelat kehitaman.


Tetapi warnanya beraneka ragam, persis seperti warna pelangi di langit saat hujan reda. Ada merah, biru, hijau, kuning, cokelat, dan aneka warna lainnya, mulai dari akar hingga pucuk tertingginya.


Sepintas, gradasi warna pada pohon yang juga dikenal dengan nama leda ini mirip dengan seragam pasukan-pasukan elite militer sehingga pohon pelangi juga dijuluki pohon kamuflase.


Pohon ini tumbuh besar dan tinggi menjulang. Tanaman ini merupakan endemik di Papua Niugini, Pulau Papua, Pulau Seram, Maluku, dan Sulawesi.


Bagi kita yang tinggal di Pulau Jawa, tak perlu jauh-jauh terbang ke sana karena di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, pohon ini bisa kita nikmati keindahannya.


Pohon jenis ini dapat ditemukan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Sumberwringin. Lokasinya ada di Desa Wringinanom, Kecamatan Sukosari.


Dari pusat kota, hutan seluas 23,6 hektare ini bisa ditempuh dengan perjalanan darat selama 1 jam 15 menit.


Hutan Sumberwringin adalah hutan buatan yang dibangun pada tahun 1937 dan memiliki iklim tipe B dengan curah hujan sebesar 2.400 milimeter per tahun.


Tak hanya pohon pelangi saja yang ditanam di hutan ini. Setidaknya ada 3.879 pohon dari 59 jenis telah ditanam di hutan Sumberwringin.


Eucalyptus deglupta termasuk pohon tertua yang ditanam di hutan ini bersama pinus dari Sumatra dan Australia bersamaan dengan dibangunnya hutan Sumberwringin, 83 tahun silam.


Pohon pelangi menjadi daya tarik utama di hutan Sumberwringin karena selain memiliki gradasi warna menakjubkan, juga menjadi salah satu pohon yang paling sering dicari wisatawan.


Pohonnya memiliki tinggi rata-rata 70 meter serta rata-rata berdiameter 2,5 meter. Pengunjung banyak menjadikan pohon ini sebagai latar foto karena keindahannya.


Bahkan pohon pelangi Eucalyptus disebut-sebut sebagai salah satu pohon terindah dan menakjubkan di dunia.


Petugas mengecek pohon warna-warni atau Eucalyptus deglupta di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Desa Sumberwringin, Kecamatan Sumberwringin, Bondowoso, Jawa Timur. Antara Foto/Seno


Pohon pelangi tumbuh, rata-rata 2-3 meter tiap tahunnya dengan batang yang tumbuh nyaris sangat tegak. Permukaan kulit kayunya licin juga daun berbau harum khas kayu putih ketika diremas.


Tanaman ini dapat ditemui di hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan rendah di ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut dengan suhu berkisar 13-25 derajat Celcius.


Menurut pakar kehutanan Amir Wardhana, warna-warni pada pohon pelangi muncul akibat getah yang keluar dari dalam pohonnya mengenai kulit pohon di bagian lain sehingga membentuk gradasi warna.


Pada tetesan getah pertama, warna yang akan muncul adalah warna biru. Kemudian perlahan warna tetesan getah tersebut berubah menjadi jingga, ungu, dan merah marun.


Karena proses ini terjadi secara bergiliran (tidak bersamaan) dan teratur, maka pohon ini kemudian menampilkan koleksi dari semua warnanya sekaligus.


Proses keluarnya getah didahului oleh terkelupasnya kulit batang yang terjadi tidak bersamaan. Oleh karena itu, pola warna yang terjadi setiap waktu pada setiap pohon tidak akan serupa.


Proses keluarnya getah didahului oleh terkelupasnya kulit batang yang terjadi tidak bersamaan. Oleh karena itu, pola warna yang terjadi setiap waktu pada setiap pohon tidak akan serupa.


Selain itu, hal tersebut akan memberikan efek kaleidoskopik di mana setiap lapisan warna memberikan informasi kapan lapisan warna tersebut muncul.


Meskipun pohon pelangi ini menghasilkan bunga putih dan daun hijau seperti spesies eucalyptus pada umumnya, tetapi kelenjar-kelenjarnya tidak mengeluarkan banyak minyak aromatik.


Kulit kayu dan batang pohon pelangi sering dijadikan sebagai bahan baku dalam industri bubur kertas (pulp). Batang kayunya dapat dijadikan sebagai bahan baku konstruksi bangunan.


Peneliti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Roosita Ariati mengatakan, pohon pelangi terancam punah di habitatnya karena penebangan liar, serta pembukaan lahan untuk agrikultur.


Oleh karena itulah, konservasi diperlukan untuk tetap mempertahankan keberadaan pohon pelangi yang indah ini.


Mantrasukabumi

#GresikBaik
#infogresik
#Gusfik

Baca juga

Posting Komentar