Ratusan Siswa Keracunan Massal di Banggai Kepulauan: Pukulan Berat bagi Program Makan Bergizi Gratis

 


Ratusan Siswa Keracunan Massal di Banggai Kepulauan: Pukulan Berat bagi Program Makan Bergizi Gratis

Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah — Kasus dugaan keracunan massal yang menimpa ratusan siswa di Kecamatan Tinangkung, Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, pada Rabu (17/9) menjadi pukulan telak bagi kredibilitas Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sebanyak 200 siswa dari jenjang SD, SMP, hingga SMA mengalami gejala mual, muntah, dan pusing usai menyantap menu ikan cakalang yang disediakan dalam program tersebut. Sebagian korban kini dirawat intensif di RS Trikora Salakan, sementara BPBD setempat mendirikan tenda darurat untuk mengantisipasi lonjakan pasien.

MBG di Persimpangan Jalan

Program MBG merupakan janji kampanye utama Presiden Prabowo Subianto dengan target menyediakan makanan bergizi bagi jutaan siswa di seluruh Indonesia. Namun, insiden di Banggai memunculkan pertanyaan serius mengenai standar higienitas, distribusi, dan pengawasan pelaksanaan program. Alih-alih menambah legitimasi, kasus ini berpotensi menjadi bumerang politik bagi pemerintah pusat.

Analisis Dampak Politik

  1. Keamanan Pangan Jadi Sorotan
    Keamanan pangan terbukti masih menjadi celah besar. Menu bergizi tidak ada artinya jika justru menimbulkan keracunan. Kejadian ini memperlemah klaim pemerintah bahwa MBG adalah solusi gizi anak bangsa.
  2. Beban Politik di Tengah Kritik Anggaran
    Dengan anggaran jumbo, MBG sejak awal dikritik menggerus porsi sektor pendidikan. Kasus keracunan semakin menguatkan argumen bahwa program ini rawan salah kelola.
  3. Efek Psikologis pada Orangtua dan Siswa
    Kepercayaan orangtua terhadap MBG berpotensi runtuh. Alih-alih merasa terbantu, mereka justru khawatir keselamatan anaknya.

Frame Politik

  • Oposisi: Menjadikan kasus ini sebagai senjata kritik. Narasi “uang triliunan justru membahayakan anak-anak” akan mudah diterima publik.
  • DPR: Memiliki momentum untuk menekan pemerintah dengan wacana audit total hingga moratorium MBG.
  • Pemerintah Daerah: Berisiko menjadi kambing hitam jika pusat enggan mengakui kelemahan sistem.
  • Pemerintah Pusat: Harus melakukan damage control cepat, termasuk audit menyeluruh dan sanksi bagi pihak yang lalai.

Skenario 3 Arah

  1. Best Case: Pemerintah sigap, audit transparan, kesalahan teknis terbukti lokal. Publik masih percaya MBG dengan catatan perbaikan.
  2. Middle Case: Respons lambat, isu melebar ke DPR dan media, publik makin skeptis. MBG terus berjalan namun jadi beban politik.
  3. Worst Case: Kasus serupa muncul di berbagai daerah, terbongkar adanya korupsi atau distribusi fiktif. MBG kehilangan legitimasi, bahkan bisa dipangkas atau dihentikan.

Timeline 6 Bulan ke Depan

  • Bulan 1 (September–Oktober 2025): Investigasi awal, audit teknis makanan di Banggai, pemerintah pusat keluarkan pernyataan resmi. DPR mulai menggelar rapat dengar pendapat. Oposisi mengangkat isu ini ke media.
  • Bulan 2–3 (November–Desember 2025): Hasil audit awal dipublikasikan. Jika respons pemerintah cepat, publikasi diarahkan pada kesalahan teknis lokal. Jika lamban, isu meluas, muncul tuntutan moratorium. Media sosial tetap ramai dengan kritik.
  • Bulan 4 (Januari 2026): Jika ada kasus baru di daerah lain, narasi negatif semakin kuat. DPR bisa mendorong pembentukan Pansus MBG. Oposisi makin gencar menjadikan isu ini alat serangan.
  • Bulan 5–6 (Februari–Maret 2026): Best case: pemerintah tunjukkan reformasi besar-besaran, standar keamanan pangan diperketat, MBG dipertahankan dengan wajah baru. Middle case: MBG tetap berjalan namun dengan citra rusak. Worst case: MBG jadi skandal nasional, dipangkas atau bahkan dihentikan.

Penutup

Insiden Banggai Kepulauan bisa menjadi wake-up call bagi pemerintah. Program sebesar MBG tidak hanya diukur dari jumlah penerima, tetapi juga dari keamanan, mutu, dan kepercayaan publik. Jika pemerintah gagal mengendalikan situasi ini, MBG yang semula diproyeksikan sebagai legacy program Presiden Prabowo berpotensi berubah menjadi liabilitas politik nasional.