3 Ketakutan Soal Dunia Metaverse, Setuju atau Tidak?


Jakarta
, Facebook (sekarang Meta) memiliki visi metaverse untuk membantu manusia terhubung lebih jauh lewat dunia virtual. Tapi ada 3 ketakutan soal hal ini.

Metaverse adalah dunia berwujud digital yang bisa jadi menggantikan kehadiran dunia fisik dalam beberapa hal, di antaranya bekerja, bermain game, jual-beli, membangun kota sampai menonton pertunjukan. Bisa dibilang, metaverse merupakan mixed reality (MR), memadukan digital dan dunia nyata menggunakan virtual reality (VR) serta augmented reality (AR).

Melansir Make Use Of, berikut ini adalah tiga ketakutan yang muncul mengenai metaverse. Meskipun segala sesuatu pasti ada baik buruknya, tak ada salahnya untuk membaca mengenai ketakutan tersebut. Setuju atau tidak, biar detikers yang menentukan.

1. Masalah privasi
Praktik keamanan Facebook kerap kali dijadikan perhatian khalayak. Salah satunya skandal Cambridge Analytiva di tahun 2018.
Walaupun perusahaan besar lainnya seperti Google juga tentunya memiliki data pengguna, Facebook punya data yang lebih besar terlebih setelah membeli WhatsApp dan Instagram.

Perangkat MR saat ini dilengkapi dengan teknologi pelacakan mata, wajah, tangan, dan tubuh. Sebuah studi percontohan di nternational Symposium on Wearable Computers bahkan memasang perangkat MR dengan sistem electroencephalogram (EEG) yang dapat merekam aktivitas otak.

Selain data yang sudah dimiliki Meta tentang penggunanya, perusahaan akan mendapatkan lebih banyak informasi pribadi tentang pengguna melalui perangkat MR. Meta mungkin dapat memperkirakan karakteristik fisik Anda, cara Anda berjalan, berbicara, dan berpikir, dan detail lainnya tentang kepribadian Anda.

2. Gen Z, hati-hati kecanduan
Media sosial bisa membuat ketagihan, terutama bagi pengguna muda. Itu sudah menyakiti kesehatan mental orang dan ketika masyarakat semakin tenggelam dalam dunia digital, itu membuatnya bisa lebih tidak terhubung dengan dunia fisik.

Dengan basis pengguna yang cukup besar, Meta adalah penyebab utama hal ini terjadi. Serangkaian investigasi di Wall Street Journal menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna Facebook muda sadar akan kecanduan mereka terhadap produknya, tetapi merasa terjebak dan tidak mampu mengurangi penggunaannya.

Menurut sebuah laporan oleh Insider, perusahaan tersebut merekrut influencer di TikTok yang tentunya punya basis pengguna Gen Z yang besar, untuk mempromosikan mimpinya membangun metaverse. Mark Zuckerberg secara eksplisit mengatakan bahwa tujuan utama perusahaan adalah menarik orang dewasa muda ke platformnya.

3. Monopoli kehidupan digital
Metaverse menjanjikan manusia bisa masuk ke 'next level' yang mencakup hampir semuanya di internet. Banyak hal yang tidak mungkin dilakukan di internet saat ini seperti menari, menyanyi, atau berolahraga. Tapi ini bisa masuk akal dengan metaverse.

Sementara itu tentu saja menarik, metaverse yang didominasi Meta hanya akan menempatkan lebih banyak kemungkinan kehidupan sosial baru ini di tangan satu perusahaan. Perusahaan lain kemungkinan akan mengalami guncangan bisnis yang besar akibatnya.


#GresikBaik
#infogresik
#Gusfik

Baca juga

Posting Komentar