Media Asing Soroti Munculnya Kapal Perang Asing di Natuna, Sebut Indonesia Langsung Tingkatkan Patroli


Berita tentang keberadaan kapal perang asing, termasuk enam kapal China yang mondar-mandir di perairan Natuna, ikut ramai diliput media asing.


Salah satu media yang ramai memberitakan adalah surat kabar dari Qatar, Al Jazeera.


Dalam liputannya itu, Al Jazeera menyebut bahwa kapal-kapal China dan Amerika Serikat telah terdeteksi di dekat perairan internasional. Meskipun di sana kapal-kapal tersebut tidak menyebabkan gangguan apa pun, Angkatan Laut Indonesia dikatakan meningkatkan patroli di sekitar pulau-pulau Natuna di Laut China Selatan (LCS).


"Kata Panglima Komando Armada Angkatan Laut Indonesia Arsyad Abdullah kepada wartawan, pada Kamis (16/9), lima kapal angkatan laut, dibantu oleh patroli udara, telah dikerahkan di Laut Natuna Utara untuk mengamankan daerah tersebut.


"Arsyad mengatakan kapal angkatan laut AS dan China baru-baru ini telah terdeteksi di dekat perairan, tetapi mengatakan mereka bukan gangguan, menambahkan bahwa mereka masih berada di perairan internasional.


"(Namun) Kata Arsyad, posisi TNI AL di Laut Natuna Utara sangat tegas dalam melindungi kepentingan nasional di wilayah hukum Indonesia sesuai dengan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Sehingga tidak ada toleransi terhadap setiap pelanggaran di Laut Natuna Utara," tulis Al Jazeera dalam tajuknya 'Indonesia Menambah Patroli Setelah Mendeteksi kapal di Laut China Selatan'.


Setelahnya, Al Jazeera mengungkap bahwa pada tahun 2017, Indonesia mengganti nama Laut China Selatan menjadi Laut Natuna Utara. Disebutkan pula bahwa perubahan ini adalah bagian dari upaya Indonesia untuk melawan 'ambisi teritorial maritim China'.


Sudah bukan rahasia umum lagi jika Laut Natuna Utara adalah wilayah primadona bagi para pencuri ikan. Karenanya, slogan 'Tengggelamkan' dari mantan Menteri Kelautan dan Perikatan, Susi Pudjiastuti, menjadi sangat terkenal di kalangan generasi milenial.


Dalam kasus Laut Natuna Utara, Indonesia juga tegas menolak klaim China yang mengacu pada nine dash-line atau sembilan garis putus-putus. Garis ini menandakan klaim China atas LCS dan Laut Natuna Utara sebagai wilayah tangkap tradisional mereka.


Al Jazeera pun ikut membahas soal masalah tersebut.


Dilaporkan bahwa China mengatakan punya hak atas penangkapan ikan di Natuna karena klaim nine dash-linenya. Namun, Al Jazeera juga membeberkan bahwa klaim China tersebut telah dibantah oleh negara-negara Asia Tenggara hingga tidak dianggap oleh Permanent Court of Arbitration atau Mahkamah Arbitrase Antarbangsa (PCA).


"China belum mengklaim pulau-pulau Natuna tetapi mengatakan memiliki hak penangkapan ikan di dekatnya dengan memproklamirkan 'sembilan garis putus-putus' yang mencakup sebagian besar Laut China Selatan yang kaya energi.


"Klaim tersebut dibantah oleh beberapa negara Asia Tenggara dan tidak diakui secara internasional oleh Permanent Court of Arbitration di Den Haag," kata Al Jazeera.


Al Jazeera kemudian membahas konflik panjang yang dihadapi Indonesia dan China soal perairan Natuna. Salah satu yang disorot adalah kebuntuan yang dihadapi Indonesia-China pada awal Januari lalu. Diketahui, kebuntuan terjadi setelah kasus masuknya kapal penjaga pantai dan kapal penangkap ikan China ke Laut Natuna utara.


Karena kasus itu, Indonesia pun dikatakan langsung mengirim jet tempur dan memobilisasi nelayannya sendiri.


"Usai kejadian tersebut, Presiden Joko Widodo berkata 'tidak ada tawar menawar dalam hal kedaulatan dan wilayah negara Indonesia," tulis Al Jazeera sembari mengutip ucapan Presiden Joko Widodo.


Al Jazeera juga membeberkan soal kasus lain dimana pada tahun 2016, kapal angkatan laut Indonesia menembaki kapal nelayan China yang dituduh melakukan penangkapan ikan ilegal di dekat Natuna. Lalu pada tahun yang sama, Indonesia dikatakan telah memusnahkan 23 kapal penangkap ikan asing dari Malaysia dan Vietnam. Kapal-kapal ini juga dituduh melakukan 'illegal fishing' di perairan Indonesia.


"Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan pihaknya menenggelamkan 10 kapal Malaysia dan 13 kapal Vietnam yang tertangkap sedang menangkap ikan secara ilegal di perairan Indonesia," kata Al Jazeera, menggambarkan kebijakan Indonesia terhadap kapal-kapal ilegal Malaysia dan Vietnam.


#GresikBaik
#infogresik
#Gusfik

Baca juga

Posting Komentar