Ekonom Nilai Milennial Mulai Ogah Nabung di Bank


Jakarta, Ekonom Senior Indef Aviliani menilai tantangan perbankan ke depan adalah mencari sumber dana. Pasalnya, riset yang pihaknya lakukan menunjukkan pergeseran perilaku kaum milennial yang mulai enggan menabung uang di perbankan.
Aviliani mengungkap kaum muda mulai melirik produk investasi seperti reksa dana, saham, obligasi, dan lainnya. Sehingga, bank tidak lagi menjadi satu-satunya produk utama di sektor keuangan.

Dia menilai perubahan perilaku ini bisa berdampak pada likuiditas atau bantalan dana perbankan yang kian menipis. Aviliani menyebut ada kecenderungan dana millennial disimpan di perbankan bukan untuk menabung tapi untuk dibelanjakan instrumen keuangan lain.

"Bank harus siap-siap, sumber pendanaan memang uangnya di bank tapi bukan di tabungan atau deposito. Tapi menyimpan di bank untuk beli saham, beli obligasi. Ini tantangan bank ke depan sumber dana karena sumber dana semakin sulit," terang dia pada diskusi Akurat.com, Kamis (1/4).

Lebih lanjut, Aviliani menyebut transaksi bank yang sebelumnya berkisar 80 persen dari total kegiatan di sektor keuangan, kini sudah turun menjadi 72 persen.

Meski tak merinci kapan, dia menilai ada potensi transaksi bank merosot menjadi 55 persen. Sisanya sebanyak 45 persen lari ke transaksi non-bank seperti reksa dana, asuransi, obligasi, dan lainnya.

Selain itu, ia menyebut tantangan perbankan lain adalah semakin pendeknya interval waktu antar krisis keuangan. Sejak 2008-2020 saja, ia menghitung telah terjadi delapan krisis keuangan. Ini mengharuskan perbankan untuk melakukan konsolidasi guna memperkuat sistem permodalan.

Pasalnya, setiap krisis bisa berimbas pada lonjakan kredit macet atau non performing loans (NPL). Artinya, bank yang tidak memiliki bantalan tebal sementara nasabah tidak bisa membayar kredit. 

"Ini salah satu hal yang harus dipikirkan perbankan karena tanpa permodalan kuat bank tidak bisa ekspansi ke depan," tuturnya.



#GresikBaik
#infogresik
#Gusfik

Baca juga

Posting Komentar