Sisi Lain Pandemi Covid-19, Momentum Berbenah Layanan Kesehatan

#GresikBaik
#infogresik
#Gusfik

Sisi Lain Pandemi Covid-19, Momentum Berbenah Layanan Kesehatan

Oleh DWIKORA NOVEMBRI UTOMO *)

7 Oktober 2020, 19:48:57 WIB



DUNIA saat ini disibukkan dengan kehadiran virus korona SARS-CoV-2 yang mengakibatkan pandemi global yang lebih dikenal dengan nama Covid-19 (coronavirus disease 2019). Virus ini tidak hanya memengaruhi dunia kesehatan, tetapi juga aspek lain seperti ekonomi, pendidikan, pariwisata, dan politik.

Data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan, hingga September 2020, jumlah kasus yang terkonfirmasi telah melebihi angka 200.000. Tentu saja harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan seluruh masyarakat.

Pada awal September, masyarakat dikejutkan dengan berita tentang larangan kunjungan warga negara Indonesia (WNI) ke 59 negara. Antara lain negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia serta negara-negara lain di Benua Asia, Amerika, Eropa, dan Afrika. Keputusan negara-negara tersebut didasari pertimbangan kasus Covd-19 yang masih tinggi di Indonesia.

Dampak dari larangan ini diprediksi cukup merugikan, terutama di bidang ekonomi. Akibat langsung dari larangan ini pasti dirasakan WNI yang akan berkunjung ke negara-negara tersebut, baik untuk perjalanan bisnis maupun sebagai pekerja.

Dari kacamata kesehatan, dampak lain dari larangan ini adalah makin terbatasnya pilihan masyarakat untuk mencari layanan kesehatan ke luar negeri. Mengutip data yang dihimpun dari Patients Beyond Borders, BBC Indonesia, dan The ASEAN Post, terdapat peningkatan jumlah pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri hampir 100 persen dalam satu dekade terakhir (350.000 pada 2006 menjadi 600.000 pasien pada 2015).

Negara-negara tujuan utama adalah Malaysia dan Singapura. Data dari Malaysia Healthcare Travel Council menyebutkan, ada sekitar 670.000 orang Indonesia yang berobat ke rumah sakit-rumah sakit di Malaysia pada 2018. Pasien dari Indonesia mendominasi, yakni 60 persen, dari jumlah pasien asing yang berobat ke Malaysia.

Jenis pengobatan yang dicari juga bervariasi. Misalnya, bedah kosmetik, pengobatan kanker, pengobatan tulang, bedah tulang belakang, dan pengobatan jantung.

Terdapat berbagai alasan pasien Indonesia memilih berobat ke luar negeri. Alasan yang cukup dominan adalah mencari pelayanan dengan teknologi yang lebih baru yang belum tersedia di Indonesia. Tak sedikit masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri karena menganggap pelayanan serta kualitas pengobatan di luar negeri lebih unggul.

Alasan lainnya bisa berupa keinginan pasien untuk mencari second opinion atas penyakitnya atau anggapan bahwa akomodasi rumah sakit luar negeri lebih menyenangkan. Alasan terakhir ini yang memunculkan suatu istilah medical tourism, di mana pasien dapat berobat sekaligus berlibur.

Apa pun alasan pasien Indonesia berobat ke luar negeri haruslah menjadi perhatian pemerintah dan stakeholder tentang pelayanan kesehatan di Indonesia. Larangan kunjungan WNI ke beberapa negara seperti Singapura dan Malaysia tentu merugikan masyarakat yang ingin mencari pengobatan ke luar negeri.

Di balik musibah ini, akan lebih bijak bila kita bersama-sama dapat mengambil hikmah. Pemerintah justru harus melihat ini sebagai momentum untuk bersama-sama meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik daripada pelayanan di luar negeri.

Langkah nyata pertama yang dapat dilakukan, pemerintah bersama-sama dengan stakeholder seperti pengelola rumah sakit terus meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat. Promosi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang layanan kesehatan apa saja yang sebenarnya sudah bisa dilakukan di Indonesia sekaligus meyakinkan bahwa layanan kesehatan yang ada di Indonesia tidak tertinggal dari luar negeri.

Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai media, baik cetak maupun digital. Promosi kesehatan dapat berisi hal spesifik yang menyangkut edukasi preventif suatu penyakit dan tata laksana terkini suatu penyakit.

Langkah selanjutnya adalah menjembatani kebutuhan masyarakat dan rumah sakit, salah satunya dalam hal pembiayaan. Salah satu alasan pasien kita berobat ke luar negeri adalah biaya yang lebih murah dengan tindakan serupa. Sebagai contoh, untuk operasi penggantian sendi, beberapa rumah sakit di Malaysia berani mempromosikan paket operasi dengan harga yang lebih terjangkau daripada yang ada di kota besar seperti Jakarta, Medan, atau Surabaya.

Perbedaan biaya ini disebabkan banyak faktor seperti harga alat implan (yang sampai saat ini kita masih harus impor). Alternatif solusi masalah ini, pajak untuk alat implan perlu ditinjau ulang agar harga yang harus ditanggung pasien lebih terjangkau. Peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan sangat diperlukan di sini.

Promosi dan regulasi pemerintah yang sudah disebutkan sebelumnya perlu didukung kemampuan rumah sakit dan tenaga kesehatan sebagai garda pelayanan kesehatan. Rumah sakit dan dokter berkewajiban untuk terus meningkatkan hard skill dan soft skill. Yang dimaksud hard skill di sini adalah pengetahuan dan keterampilan yang selalu mengikuti perkembangan temuan ilmiah baru, baik dalam hal diagnostik, terapetik, maupun rehabilitasi. Dengan kemudahan akses informasi saat ini, hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil sehingga wajib dilakukan semua tenaga kesehatan.

Rumah sakit juga harus terus berupaya meningkatkan fasilitas diagnostik dan terapetik sesuai dengan perkembangan teknologi. Dukungan pemerintah di sektor ini juga penting dalam memberikan regulasi yang mengatur harga alat-alat kesehatan sehingga mampu dimiliki semua rumah sakit di Indonesia.

Sinergi antara tenaga kesehatan, rumah sakit, dan pemerintah tentu akan makin meyakinkan masyarakat bahwa layanan kesehatan di Indonesia tidak kalah atau bahkan lebih baik daripada di luar negeri. Semua hal konkret ini harus didukung service excellence. Karena itu, semua tenaga kesehatan wajib meningkatkan soft skill, antara lain kemampuan berkomunkasi kepada pasien, keterbukaan informasi terhadap pasien, dan profesionalitas dalam setiap tindakan.

*) Dwikora Novembri Utomo, Guru besar ortopedi dan traumatologi FK Unair

Baca juga

Posting Komentar