Jika Tak Ada Ini, Mobil Listrik di RI Hanya Sekedar Mimpi




Mobil listrik tengah mengalami pertumbuhan di dunia. Tidak terkecuali Indonesia. Bahkan Kementerian Perindustrian sempat menargetkan sebanyak 400.000 unit mobil listrik akan terjual di tanah air pada 2025.

Namun, yang namanya perubahan tentu saja memerlukan suatu usaha. Tidak jarang pengorbanan yang perlu dilakukan terasa berat dan menyakitkan.

Salah satu faktor utama yang dapat menghalangi pertumbuhan mobil listrik di Indonesia adalah perihal baterai.



Menurut Sushant Gupta, Direktur Peneliti konsultan Wood Mackenzie, saat ini harga baterai untuk kendaraan listrik berada di kisaran US$ 200/kwh. Sebuah mobil listrik ukuran sedang (ukuran mobil penumpang biasa) rata-rata menggunakan kapasitas baterai 60 kwh untuk mencapai jarak 250-300 mil.

Alhasil, harga rata-rata baterai untuk satu mobil mencapai US$ 12.000, atau setara dengan Rp 171.600.000 (kurs Rp 14.300/US$). Pada posisi tersebut, harga mobil listrik (bila tidak disubsidi) akan lebih mahal sekitar 30-35% dibanding mobil konvensional.

Salah satu cara untuk membuat harga baterai lebih kompetitif adalah memproduksinya di dalam negeri. Dengan cara itu, ongkos pengiriman luar negeri bisa dipangkas.
Apalagi sumber daya alam yang dibutuhkan untuk membuat baterai seperti nikel, kobalt, mangan, dan aluminium tersedia di tanah air.

Bila rantai pasokan untuk membuat mobil listrik terlalu panjang, maka sudah tentu akan membuat harganya lebih mahal. Bayangkan saja bila harus mengirim bahan baku ke luar negeri dan kembali dikirim ke Indonesia. Biaya perpindahan barangnya akan membengkak.

Untuk itu, investasi pada rantai pasokan yang mendukung manufaktur mobil listrik sangat perlu mendapat perhatian.

salah satunya adalah dengan mempermudah investasi di sektor tersebut. Saat ini, sudah ada beberapa perusahaan manufaktur kendaraan yang berniat membangun fasilitas di Indonesia.

Salah satunya adalah raksasa otomotif Korea Selatan,Hyundai yang dikabarkan berencana memproduksi kendaraan listrik di Indonesia. Ini merupakan bagian dari investasi Rp 12 triliun yang akan disuntikkan di Indonesia.
Investasi seperti ini sudah selayaknya didorong demi mewujudkan cita-cita mobil listrik. Kemudahan ijin dan insentif bisa menjadi instrumen yang dapat merealisasikan investasi tersebut. Karena bila tidak, bukan tidak mungkin rencana itu hanyalah rencana.

Selain itu, dorongan pemerintah agar PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) membangun pabrik baterai juga perlu di apresiasi dan di dorong. Terlebih karena biaya investasinya yang tidak sedikit. Menurut Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Harjanto, investasi tersebut akan memakan biaya Rp 144 triliun, seperti yang dikutip.

Karena tanpa dukungan dari pemerintah, agaknya sulit bagi industri mobil listrik untuk hidup mandiri. Harga yang masih belum bisa kompetitif akan membuat investor berpikir lebih panjang untuk mengambil keputusan.



#GresikBaik
#infogresik
#Gusfik

Baca juga

Posting Komentar