Kredit Menganggur: Ancaman Tersembunyi bagi Ekonomi Indonesia

 


Kredit Menganggur: Ancaman Tersembunyi bagi Ekonomi Indonesia

Fenomena kredit menganggur (idle credit) tengah menghantui perbankan Indonesia. Meski likuiditas perbankan melimpah, penyaluran kredit justru tersendat. Dana triliunan rupiah parkir tanpa menghasilkan produktivitas nyata. Akibatnya, ekonomi riil tidak merasakan dampak positif, sementara bank hanya mengandalkan instrumen jangka pendek yang minim risiko namun juga minim manfaat bagi pembangunan nasional.

Jika kondisi ini berlarut, konsekuensinya serius: investasi terhambat, daya serap tenaga kerja melemah, dan pertumbuhan ekonomi tidak mencapai potensinya. Masalah ini bukan sekadar angka di laporan keuangan bank, melainkan ancaman bagi fondasi ekonomi nasional.

SEA JAYADANA: Pilot Project Bansos yang Adaptif

Salah satu inisiatif yang muncul adalah SEA (Strategic Economic Acceleration) JAYADANA, sebuah software as a service (SaaS) mirip mini reksadana yang dikelola dengan algoritma AI. Program ini dirancang untuk menjadi pilot project bansos berbasis digital yang tidak hanya menyalurkan bantuan, tetapi juga mengelola dana secara produktif dan transparan.

Profit Besar di Tengah Ketidakpastian

Menariknya, saat pasar keuangan bergejolak akibat pengumuman kebijakan fiskal terbaru, EA JAYADANA justru berhasil mencatat profit besar. Hal ini menunjukkan keunggulan sistem algoritmiknya dalam membaca peluang, meski di tengah volatilitas tinggi. Momentum ini sekaligus menjadi bukti bahwa solusi berbasis teknologi finansial bisa menjadi jawaban atas kebuntuan likuiditas di perbankan.

Jalan Keluar dari Kredit Menganggur

Keberhasilan EA JAYADANA menjadi sinyal penting: likuiditas tidak boleh hanya parkir di bank, tetapi harus dialirkan ke sektor produktif. Dengan dukungan regulasi yang tepat, inovasi seperti ini berpotensi menjadi katalis bagi percepatan ekonomi, sekaligus menekan risiko sosial akibat stagnasi penyaluran kredit.