Ekspansif! Investor GoTo Suntik Fintech Zopa di London Rp 4 T

Perusahaan rintisan pinjaman (fintech lending) asal Inggris, Zopa mendapat suntikan dana dari Softbank sebesar US$ 300 juta atau setara dengan Rp 4,2 triliun (kurs Rp 14.073/US$).
Suntikan ke fintech berbasis di Cotton Centre, London, ini membuat semakin derasnya investasi yang mengalir ke sektor teknologi keuangan Eropa yang sedang booming.
Adapun di Indonesia, Softbank Group, menurut data Nikkei Asia Review, disebutkan memiliki 15,3% saham GoTo (entitas gabungan Gojek-Tokopedia) kemudian diikuti oleh Alibaba Group Holding dengan menguasai 12,6% saham GoTo.
SoftBank juga investor terbesar Alibaba dengan kepemilikan saham 20-25%.
Menurut sumber CNBC International, yang mengetahui kesepakatan dengan Zopa ini, dengan adanya penyuntikan dana segar membuat perusahaan tersebut memiliki nilai valuasi US$ 1 miliar atau setara Rp 14,07 triliun dan menjadikan Zopa sebagai fintech Eropa terbaru yang mencapai status unicorn alias startup dengan valuasi di atas Rp 14 triliun.
Zopa didirikan pada tahun 2005 sebagai perusahaan peer to peer yang menghubungkan investor dengan peminjam melalui platform online.
Setelah itu perusahaan mengalihkan fokusnya untuk menjadi bank setelah mendapat lisensi perbankan di Inggris tapi masih mengoperasikan peer to peer.
Zopa juga meluncurkan produk kartu kredit dan rekening tabungan pada tahun lalu untuk menarik pasar perbankan ritel Inggris yang lebih besar dan menghadapi raksasa seperti HSBC dan Barclays.
Sejauh ini Zopa berhasil menjaring £ 700 juta (US$ 961 juta) atau setara dengan Rp 13,52 triliun dalam bentuk deposito dan menarik 150.000 pelanggan kartu kredit.
Zopa adalah salah satu dari beberapa perusahaan rintisan yang berusaha mendisrupsi sektor perbankan.
Beberapa perusahaan seperti Monzo, Revolut dan Starling telah muncul dalam dekade terakhir, perusahaan-perusahaan ini berusaha menarik jutaan pelanggan dengan rekening giro bebas biaya dan antarmuka. Namun sejauh ini mereka masih berjuang untuk mendapatkan keuntungan.
Bahkan Starling sudah berada di ujung tombak untuk pertama kalinya pada tahun lalu, tapi Starling mengatakan mereka masih berada pada posisi aman untuk membukukan laba tahunan pertamanya.
Sementara itu Revolut mengalami kerugian £167,8 juta (US$230,6 juta atau sekitar Rp 3,25 triliun) pada tahun 2020, sedangkan Monzo kehilangan £130 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun (Kurs EURO/IDR 16,405.59). Namun Revolut berhasil mencapai titik impas menjelang akhir tahun lalu.
Menurut CEO Zopa Jaidev Janardana, Zopa memiliki nilai lebih dibanding saingannya karena perusahaan sedang berada di jalur untuk mencapai profitabilitas dalam 10 minggu.
Bahkan penggunaan teknologi kecerdasan yang dapat meningkatkan skala dan mampu bersaing dengan pemain lama. Janardana mengungkapkan ini yang menjadikan alasan Softbank mau berinvestasi di Zopa.
Zopa berhasil membukukan pendapatan operasional bersih sebesar £ 21,9 juta atau sekitar Rp 359,9 miliar pada paruh pertama tahun 2021, naik dua kali lipat dari akhir tahun 2020. Perusahaan-pun mengharapkan pendapatannya akan lebih dari dua kali lipat pada tahun ini.
Janardana-pun yakin Zopa akan menjadi "empat besar" perusahaan pemberi pinjaman di Inggris.
Rencana IPO
Manajemen Zopa mengatakan penggalangan dana terbaru akan menjadi yang terakhir sebelum penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) yang direncanakan.
Janardanapun mengungkapkan akan menawarkan saham Zopa untuk umum pada kuartal keempat pada tahun 2022 nanti. Tapi dengan catatan setelah perusahaan menunjukkan rekam jejak profitabilitas yang konsisten.
Saat ini Inggris sedang berusaha menarik lebih banyak perusahaan teknologi dengan pertumbuhan tinggi ke pasar sahamnya setelah Brexit.
Reformasi yang diusulkan awal tahun ini akan membuat London melonggarkan aturannya seputar perusahaan cek kosong (special purpose acquisition company/SPAC) dan struktur saham yang ramah pendiri.
Bersama dengan SoftBank, putaran investasi terbaru Zopa didukung oleh perusahaan manajemen aset yang berbasis di Abu Dhabi, Chimera Capital dan investor yang ada termasuk IAG Silverstripe, Davidson Kempner, dan Northzone.
Sebagai informasi Zopa adalah salah satu dari sedikit fintech yang masih menjalankan pasar peer-to-peer. Saingan domestik seperti RateSetter telah menutup bisnis P2P-nya setelah dijual kepada pemberi pinjaman Inggris Metro Bank, sementara perusahaan AS LendingClub melakukan hal yang sama setelah mengakuisisi bank yang teregulasi.
Dikutip dari CNBC International saat ditanya apakah Zopa akhirnya bisa pensiun divisi P2P, Janardana mengatakan perusahaan terus meninjau pasar untuk membantu strategi masa depan perusahaan.

Baca juga

Posting Komentar