Gara-gara Covid dan Kekurangan SDM, Jepang Mulai Kembangkan Robot untuk Gantikan Peran Manusia


Kecanggihan teknologi terus berkembang seiring kemajuan zaman. Bahkan tidak mungkin dimasa depan robot akan menggantikan manusia dalam melakukan berbagai aktivitas maupun pekerjaan sehari-hari.


Seperti karya perusahaan Telexistence Jepang , yakni robot model-T yang dirancang untuk memungkinkan melakukan pekerjaan fisik di supermarket, juga lokasi lain dari rumah pemilik robot tersebut.


Dalam operasinya, meski terlihat bekerja secara otonom atau berpikir sendiri, dari jarak beberapa mil jauhnya, ada seorang manusia yang mengendalikan setiap gerakannya dan memantaunya melalui headset Virtual Reality (VR).


Sehingga bisa membuatnya bisa melihat melalui mata robot tersebut. Dalam percobaannya, robot tersebut bekerja di toko FamilyMart di Tokyo.


Ketika bekerja, tidak hanya menangani botol minuman, tapi juga bola-bola nasi, bento dan roti isi.


"Sehingga anda bisa pergi ke mana saja tanpa harus bergerak sendiri. Model-T adalah avatar manusia," ungkap Direktur Telexistence, Yuichiro Hikosaka dikutip dari BBC.


Menurutnya konsep robot ini disebut telerobotik atau teleoperation, dan telah didramatisasi dalam film sci-fi distopia seperti Surrogates dan Sleep Dealer.


Saat ini, di Jepang dengan populasi yang menua, menghadapi kekurangan tenaga kerja. Terutama yang berkaitan dengan pekerjaan berpenghasilan rendah.


Dikatakannya masalah itu sebagian dapat diselesaikan dengan mengerahkan ribuan robot di lokasi di mana pekerjaan fisik kadang-kadang perlu dilakukan.


Bahkan memungkinkan perusahaan untuk mempekerjakan orang dari jarak jauh untuk mengoperasikan robot.


"Ini mungkin hanya memakan waktu 10 menit, pertama-tama, Anda bekerja di Tokyo, tetapi sepuluh menit kemudian Anda bisa bekerja di Hokkaido," tuturnya.



Dalam pelaksanaannya, pekerja akan masuk ke sistem, dan memilih tugas yang ingin mereka lakukan. Kemudian mengenakan headset VR mereka untuk mengangkut diri mereka sendiri, secara virtual, ke tempat kerja.


Diakuinya, ide tersebut mungkin sangat menarik saat ini, karena pekerja tidak harus melakukan kontak fisik dengan orang lain. Terlebih, bisa mengurangi risiko tertular atau menyebarkan virus ditengah masa pandemi Covid-19.


Walau demikian, ada hambatan yang belum diatasi perusahaan. Seperti robot Model-T yang tidak bergerak secepat pekerja manusia. Dan headset VR dapat menyebabkan pusing atau mual bagi orang-orang, jika mereka memakainya dalam waktu lama.


Oleh karena itu, Hikosaka dan rekan-rekannya sedang mencari solusi untuk masalah ini.


Namun rintangan utamanya adalah membuat supermarket membeli teknologi ini dalam skala besar, yang diperlukan untuk mengurangi biaya pembuatan setiap robot.


Hikosaka tidak menyembunyikan ambisi perusahaannya, mengingat ada puluhan ribu toko supermarket kecil yang tersebar di seluruh Jepang. Yang kebanyakan dimiliki oleh satu dari tiga perusahaan yang dominan.


Dengan demikian, kesepakatan dengan hanya salah satu dari perusahaan ini untuk memasok robot ke ribuan cabang, dapat melambungkan teknologi Telexistence ke arus utama.


"Jika mereka menyukainya, boom," tambahnya.


Galamedianews

#GresikBaik
#infogresik
#Gusfik

Baca juga

Posting Komentar